Rabu, 03 Desember 2008

Surabaya Perlu Belajar dari Kegagalan DKI Jakarta

Porprov, Setelah 20 Cabor Diputuskan

Merebut jauh lebih mudah dari mempertahankan. Kata bijak ini perlu dicamkan benar kontingen Surabaya yang akan berlaga di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2009 mendatang. Kendati masih belum ditentukan kapan pelaksanaan multi even dua tahunan tersebut namun bagi para kontingen, khususnya Surabaya, perjuangan sudah mulai sejak diputuskan jumlah cabor yang dipertandingkan nanti.
Banyak yang menilai, Porprov II nanti, Surabaya akan tetap kembali menggenggam juara umum. Rekam data prestasim cukup mendukung prediksi tersebut. Ingat, 70 persen dari atlet Jatim yang berlaga di PON XVII Kaltim lalu, beralasal dari Surabaya. Logikanya, jika di PON saja mereka mampu menjadi jawara, tentu tak akan sulit bagi atlet Surabaya meneruskan di Poprov mendatang.
Selain itu, lima cabor tambahan yang diputuskan di Hotel Utami, Sabtu (29/11) lalu, sudah jadi rahasia umum menjadi milik Surabaya. Tak kurang, Penjabat Ketua Umum KONI Surabaya, Heroe Poernomohadi mengakui hal tersebut. Ya, Karate, Gulat, Panahan, Panjat Tebing dan Selam adalah olahraga yang masih menjadi milik Surabaya. Jadi, pantaslah bila Surabaya kembali dijagokan kembali.
Di lapangan, KONI Surabaya coba menjawab puja-puji tersebut dengan konsep yang terencana. Program Pemusatan Latihan Cabang (Puslatcab) yang selama ini digeber di 43 cabang olahraga yang di bawah naungan KONI Surabaya coba dioptimalkan. Terutama 20 cabor yang akan dipertandingkan di Porprov nanti. Semua semangat dan ambisi tersebut dirangkum dalam program Surabaya Sukses 50. Surabaya Sukses adalah jargon yang dicanangkan Wali Kota Surabaya Bambang DH saat melepas atlet Surabaya yang bertarung di PON Kaltim lalu. Angka 50 merujuk pada jumlah medali emas yang dibidik di Porprov mendatang. Jumlah ini, merupakan kelipatan dua dari jumlah medali yang dikoleksi Surabaya di Porprov 2007 lalu. Saat itu, kontingen Surabaya keluar sebagai juara umum dengan 27 emas.
Di atas kertas, sepertinya sulit bagi Surabaya untuk tak merebut kembali juara umum. Semua perencanaan sudah disusun secara matang. Hanya saja, apakah ini sudah cukup untuk mengantar Surabaya juara kembali?
Ini yang masih perlu dibuktikan di lapangan kelak. Yang pasti, kontingen Surabaya perlu belajar dari kegagalan DKI Jakarta di PON Kaltim lalu. Dominasi DKI Jakarta di tiap PON pada akhirnya justru membuat antipati dari kontingen lain. Akibatnya, penjegalan terjadi di sana-sini. Gerakan Asal Bukan Jakarta (ABJ) menggelinding bak bola salju. Pada akhirnya, Jatim yang diuntungkan dari penempatan DKI Jakarta sebagai musuh bersama.
Yang perlu diwaspadai, bagaimana Surabaya bisa menghindari dari cap sebagai musuh bersama. Dominasi yang berlebihan, bagaimanapun, sedikit banyak akan memicu rasa antipati. Apalagi, Porprov kali ini digelar di Malang, daerah yang selama ini miliki tingkat persaingan tinggi dengan Surabaya.
Faktor non teknis ini, perlu diperhatikan. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah bagaimana seluruh elemen olahraga di Surabaya bisa miliki kesepahaman untuk menebar simpati. Baik lewat para pengurus, atlet, pelatih maupun wasit. Langkah ini sudah bisa dimulai dari sekarang. Terutama di even yang memungkinkan pertemuan dengan daerah lain. Gumpalan simpati ini, diharapkan bisa dipetik saat pelaksanaan Porprov nanti. ***

Tidak ada komentar: